Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Bisu

Debur ombak itu seakan berbicara, Pada tepi pantai yang dihampirinya. Namun semua terasa bisu. Semua sungguh mengharu biru. Hening, hening. Tidak ada yang bergeming. Pagi, siang, sore, senja dan malam. Lautan hatiku sudah temaram. Cinta, sampai kapan aku harus menunggumu pulang? Apakah sampai jiwaku usang?

Purnama

Malam-malam gelap, dan angin malam. Udara dingin, dan kesunyian. Bintang-bintang kebahagiaan di malam itu, tertutup awan hitam ketakutanku. Belasan purnama telah terlewati, tak satupun darinya yang kau temani. Cahaya purnama malam itu, Bersinar dibalik awan hitam, Dan rinduku, Dan gelap malam. Dingin menyergap sekujur tubuhku, Kaku, Aku kaku. Yang kulihat di sudut matamu bukanlah aku.

3. Gala Dinner

1 tahun yang lalu. Pukul 8 malam waktu ibukota. Stiletto putih berdenting pelan dengan lantai marmer, seorang perempuan berambut hitam memasuki ruangan. Rambutnya digulung ke atas, sehingga menampakkan lehernya yang jenjang dan pundaknya yang dikemas dalam balutan baju putih dengan gaya off-shoulder . “Selamat malam, Nona. Wine ?” “Tidak, terima kasih.” “Mau kuambilkan yang lain? Juice ?”  “Tidak, terima kasih.”—“Aku akan mengatakannya jika butuh itu nanti.” Pelayan itu berlalu, untuk kemudian digantikan kehadirannya dengan seorang laki-laki bertubuh tegap dengan lengan yang kokoh. “Selamat malam. Kau, Miralda Rijasa?” “Oh, benar sekali.” Miralda menatap wajah laki-laki itu dan menaikkan sedikit alisnya,  meminta penjelasan secara tidak langsung atas identitas lawan bicaranya. “Marco Aldebaran.”—Tangan laki-laki itu diulurkan, menawarkan jabatan tangan yang  disapa hangat oleh Miralda—“Senang berkenalan denganmu, Nona Rijasa.” “Terima kasih,

2. Sarapan

Jam di dinding menunjukkan pukul 10 pagi, saat seorang laki-laki masuk membawa nampan berisi kopi ke dalam ruang berdinding kaca itu. “Nona Miralda, ini kopimu.” Laki-laki paruh baya itu meletakkan kopi di atas meja. “Terima kasih, pak Heru. Semoga harimu menyenangkan. Maaf sudah merepotkanmu pagi-pagi begini.” “Sudah tugasku, Nona. Semoga semua berjalan lancar hari ini.” “Terima kasih lagi, pak.” Pak Heru keluar dari ruangan Miralda Rijasa, seorang event organizer, wedding consutant, atau apapun kau menyebutnya: dia adalah orang yang pandai mengatur sebuah acara secara manis. “Permisi, Nona Rijasa.” Pintu kayu yang kokoh itu di buka sedikit. “Aku bisa masuk?” “Tentu saja, Andre. Silahkan masuk.” Orang yang dipanggil Andre itu masuk. “Minggu depan aku harus mengerjakan event di Bali. Aku menawarkanmu barangkali mau  ikut?” Ia duduk di kursi yang bersebrangan dengan meja kerja lawan bicaranya. “Tidak-tidak. Kurasa kau bisa menyelesaikan peker

1. Makan Siang

Ruangan yang sebagian besar dindingnya terbuat dari kaca itu sangat hening. Tidak ada suara apapun selain suara kertas di atas meja yang terus dibolak-balikan. Kriiiiing! Telfon di meja berdering memecah keheningan, seorang perempuan muda mengangkat  telfon. “Halo, Nona Rijasa.” Seseorang berbicara di ujung sana. “Halo, sayang. Kenapa menelfon siang-siang begini?” “Ajakan makan siang untukmu, Nona.” “Setengah jam lagi?” “Oke, setengah jam lagi silahkan turun. Aku akan menunggu di lantai bawah.” *** “Bagaimana pekerjaanmu hari ini, Al?” Laki-laki itu memulai pembicaraan, “Menyenangkan. Aku akan menjadi wedding consultant untuk beberapa klien kira-kira  selama satu bulan ke depan.” “itu artinya kau sibuk.” “Tidak juga. Sudah biasa. Memang kenapa?”   “Sebenarnya aku membutuhkan bantuanmu.” “Untuk?” “Begini.” Laki-laki itu menjawab, dijeda dengan minum satu teguk iced lemon tea miliknya.  “Aku butuh event organizer u

Hari ini, esok, dan seterusnya.

Bulan purnama selalu menyenangkan, Aku selalu suka. Tapi hari ini, esok, dan seterusnya, Aku tidak tahu apakah aku tetap suka.

Jarak

Kelak kamu akan menyadari satu hal, ada yang pergi beribu kilometer jauhnya, tidak pergi dalam jarak dunia nyata, tapi jarak, antara ruang kepercayaannya untukmu, dan dirinya sendiri.

Senin, 25 Juni 2018

Aku tidak bisa sepenuhnya menyalahkanmu, Karena aku juga menjalani dosa itu.

Rasa

Aku rasa aku kuat, tapi nyatanya aku lemah. Aku rasa aku sanggup, tapi nyatanya aku tidak sanggup. Aku rasa aku berani, tapi nyatanya aku takut. Apa artinya ini? Silahkan kau artikan sendiri.

Aku ingin bertanya

Aku ingin bertanya: Kau fikir apa artinya ini?

Asap

Kau hanya asap yang mengatung di udara. Datang, dan hilang.

Kue

Aku ingin kue yang lain.

Batas

Semua perihal diciptakan sebagai batas Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin Besok batas hari ini dan lusa Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara, dan kantor wali kota,  juga rumahku, dan seluruh tempat di mana pernah ada kita Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata Begitu pula rindu Antar pulau dan seorang petualang yang gila Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur Apa kabar hari ini? Lihat tanda tanya itu  Jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi   Aan Mansyur

Lautan Dirimu

Risau suara debur ombak, Risih suaranya membelah tepi lautan. Tiap buih-buihnya menepi, menyampaikan sabda-sabda rindu dari dalamnya laut. Pasir-pasir putih menerima buihnya, tak pelak bertanya, jujurkah buih lautan yang didapatnya. Pasir-pasir itu terus saja terbuai, terhapus oleh deburan ombak, hingga ia turut berada pada dalamnya laut. Tenggelam, tenggelam. Dan aku melemah, Aku terlanjur tenggelam pada dalamnya matamu.

Sexual Harrasment

Sexual harrasment atau pelecehan seksual tidak semata-mata terjadi ketika 'tersangka' menyentuh kamu. Tapi juga bisa terjadi dalam bentuk verbal. Seperti  catcalling atau pelecehan seksual dalam bentuk verbal. Ada banyak sekali bentuk-bentuk kalimat yang bisa dilontarkan 'tersangka' untuk mengganggu korban. Mulai dari kalimat sederhana yang sering dianggap lumrah, sampai kalimat yang menjurus ke ajakan seksual. Sayangnya, kejadian ini dianggap sebagai sesuatu yang "biasa" dan "wajar" oleh sebagian masyarakat. Kalau kamu sering membaca atau menonton berita, banyak sekali kasus pelecehan seksual terhadap wanita yang terjadi, ntah dalam bentuk pemerkosaan atau secara verbal itu sendiri. Kedua hal ini sama berbahayanya, lantaran bila kamu sering mendapatkan pelecehan secara verbal, pasti sebagai seorang perempuan perasaan akan terasa lebih was-was, tidak nyaman, bahkan menimbulkan ketidak tenangan bagi sebagian besar 'korban' karen

"Tanpa Judul"

Jam di dinding berdentang pelan, suaranya hanya sayup terdengar meski dalam kesepian. Pukul 9 malam, tidak ada tanda-tanda kehadiran, dia yang dinantikan. Perempuan itu terdiam, menatap jam dinding dengan seksama. Secarik kertas ditarik dari laci mejanya. Lalu ia menuliskan : Teruntuk, Kamu yang sedang ada disana. Yang satu pulau tapi tak kunjung mencipta kata bertemu. Yang satu kota tapi tak kunjung bertanya "ayo bertemu, dimana?" Perempuan itu menjepit rambutnya yang terus terjatuh saat dia menundukkan kepala untuk menulis, lalu kembali menuliskan : Kalau satu kota dan satu pulau tidak membuatmu mencari aku, Lantas bagaimana caranya bila nanti kita benar-benar susah bertemu? Bila kamu kembali kesana, Ntah beribu-ribu kilometer jauhnya disana. Surat itu kemudian diakhiri, dengan 3 baris yang manis : Salam untukmu, dariku. Ditulis dalam waktu indonesia tengah, Sungguh, Aku rindu.

Organisasi

Kebanyakan orang saat ada open recruitment kepanitiaan atau organisasi, terus ditanya alasan ikutnya apa, mayoritas akan menjawab "Mencari pengalaman." Padahal, mungkin saja ada banyak jawaban lain yang bisa dipakai selain "Mencari pengalaman" itu sendiri. Orang-orang ramai berbondong-bondong ikut kegiatan, aktif disana-sini. Ntah untuk cari pengalaman, ingin menjadi organisator dengan segudang daftar organisasi dan kepanitiaan yang pernah diikuti, iseng-iseng saja, cari aktifitas agar punya kesibukan, atau mencari SKP di jenjang perkuliahan, sebagai syarat wisuda.   Sebenarnya, yang terpenting itu bukan seberapa banyak kita mengikuti suatu organisasi, suatu kegiatan, suatu lembaga, atau hal-hal lain yang serupa. Tapi seberapa banyak dampak yang kamu tinggalkan untuk hal-hal di sekitar kamu, termasuk urusan organisasi itu. Contoh, kamu mengikuti organisasi di sekolah, atau di kampus. Lantas kamu bisa mendapatkan keuntungan seperti anggap saja pengal

Teh Hari Ini

Teh hari ini rasanya hambar sekali, aku tidak suka. Makin dikecap makin hambar, makin dirasa makin pahit saja.

Kue Bolu

Aku mau pesan kue bolu, Aku minta satu dulu. Jangan diberi tambahan gula, Aku mau coba dulu rasanya. Ini pesan lagi, Kata pelayan itu. Tidak, tidak. Aku menolak. Aku hanya mau satu potong kue bolu, Yang kunikmati rasanya sampai potongan terakhir, Yang kunikmati hingga akhir. Mari, mari. Pesan lagi kue bolu yang baru, Kata pelayan itu. Tidak, aku tidak mau. Terus begitu kataku. Kenapa? Kue bolumu sudah tak lezat rupanya. Kata siapa tidak lezat? Aku yang merasakan, ini sungguh lezat. Ayo, ayo. Pesan saja kue yang baru, Lagi-lagi, Kata pelayan itu. Aku tidak mau! Hentakku sekali lagi, pada pelayan itu. Kalau kueku hambar, aku sendiri yang menambahkan gulanya, Gula jawa, gula pasir, gula batu, Sebut, apa maumu! Kalau rasanya hambar ia tak ku buang, Akan kuberi gula sampai gurih kembali rasanya. Sampai rasanya jadi manis sekali, Hingga aku butuh tambahan insulin lagi.

Lucu

Kadang-kadang manusia itu lucu, Bilang "ah, aku tidak suka dia!" Lalu kemudian kita bisa melihat mereka jalan berdua. Bilang "sudah, pergi sana!" Lalu kemudian mencari-cari dia ada dimana. Bilang "aku akan serius kali ini." Lalu kemudian lupa dan tidak serius hingga detik ini. Bilang "ah, nanti saja, akan aku kerjakan, aku tidak akan lupa." Lalu kemudian perlahan lupa. Bilang "aku tidak suka dia, bukan seleraku." Lalu kemudian diam-diam menjadikan dia candu. Ah, Banyak sekali, Tiada habisnya. Tidak apa-apa, Asal dari kelucuan-kelucuan itu, Ada salah satu yang kamu lontarkan untukku. Seperti apa itu? "Ah kamu bukan tipeku!" Lalu kemudian jadi terus-terusan mencari aku.

Apakah

Apakah, api yang membakar kayu-kayu itu menjadi abu, pernah bertanya rasanya ketika ia bakar, ketika ia hancurkan, Apakah, angin yang menjatuhkan, dan memisahkan daun-daun, dari rantingnya, pernah bertanya rasanya dijatuhkan, dibuat jauh dari yang membuatnya menjadi hidup, Apakah, ombak-ombak di lautan, pernah bertanya, pada buih-buih yang dimilikinya, rasanya menjadi bait dalam puisi, tapi tidak dimaknai sepenuh hati, Apakah, kamu, pernah bertanya, pun dengan diksi yang berbeda, bermakna sama, kepada ku?

Perkara Kebaikan

Kamu senang dia bisa membantumu, padahal itu juga karena kamu pernah membantunya. Kamu senang ada yang memperhatikanmu, padahal itu karena kamu memperhatikannya. Kadang-kadang kita lupa, dampak baik melakukan kebaikan. Kamu suka membantu orang lain, Kamu suka menolong orang lain, dengan pekerjaannya, dengan mendengar keluh kesahnya, dengan memahami masalah yang dihadapinya, dengan tidak berkomentar jahat terhadap apa yang menimpa dirinya, pun pada yang ditimpakannya pada orang lain. Kadang-kadang kita lupa, kebaikan bisa dilakukan dengan cara apa saja. Kamu senang dia selalu menerimamu, Kamu senang dia selalu bertutur kata dengan baik padamu, itu karena kamu juga berlaku begitu. Tapi, kebaikan tidak selalu menunggu kamu-melakukan-sesuatu-lalu-dibalas-pula-dengan-cara-itu. Kebaikan yang kita, dia, atau siapapun lakukan, pun harus tulus dari hati, dari kemauan diri. Kalau kamu berlaku baik tapi tidak direspon baik, jangan berkeluh kesah, jangan gelisah. Bar

Kesalahan

Memang mudah mencari-cari kesalahan, membuat bahan perdebatan, membuat segalanya menjadi beban. Yang sulit adalah mau mendengarkan, mau menerima alasan, mau memberi solusi atas permasalahan.

Pura-pura

Kadang-kadang kita tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Kadang-kadang kita tidak tahu, tapi pura-pura tahu. Hidup ini akan selalu : penuh dengan pura-pura. Pura-pura percaya, padahal kita tau dia berdusta. Pura-pura tega, padahal sungguh hati kita tak tega. Pura-pura cinta, padahal tak sedikitpun ada rasa. Pura-pura tidak kecewa, padahal luar biasa rasa sakitnya. Pura-pura tak mendengarkan, padahal sungguh mendengar dan merasakan. Kalau terus-terusan berpura-pura, kapan bisa menunjukkan yang sesungguhnya? Kamu bilang kamu suka senja, tapi tak pernah sekalipun kamu menatapnya. Kamu bilang kamu suka warna jingganya, tapi tak pernah sekalipun kamu menghargai warna jingganya. Kamu hanya berpura-pura suka. Lalu, kapan kamu berencana mengatakan yang sesungguhnya? Pun kepura-puraan itu, Aku bilang aku tidak tahu, padahal aku tahu. Aku bilang itu bukan salahku, padahal aku tahu itu tanggung jawabku. Jangan banyak berharap, hidup ini pura-pura. Sudah kuperingat

"Tanpa Judul."

“Dia tidak pernah mau mendengar penjelasanku.” “Lalu?” “Ya begitu.” Perempuan itu terus mendengarkan dengan seksama, sesekali menganggukkan kepalanya. “Jadi, begitu ceritanya?” “Iya. Dia egois sekali.” Perempuan itu menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga. “Aku juga tidak pernah mendapat penjelasan tentang kejadian di malam itu.” –Katanya, dalam diam. “Kamu juga egois sekali.” –Katanya sekali lagi, tetap dalam diam. Dalam hatinya.  [Introduction –Tanpa Judul]

Sendu

Kau sungguh: Menciptakan luka-luka menggores hati, Masuk hingga ke sanubari. Merubah syair-syair malam, menjadi sendu, Merebut tahta rindu. Kau melukai, aku. mengusik kalbu.